Campur Aduk Bagaikan Sampah

Sunday, June 28, 2015

Mulai 2016, Calon Guru PNS Wajib ke Pedalaman

JAKARTA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) punya solusi baru untuk mengatasi kesenjangan pendidikan antara daerah di Jawa dan wilayah luar Jawa. Mulai tahun depan, peminat guru PNS wajib mengikuti program sarjana mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal dan (SM3T) serta pendidikan asrama dahulu. Dengan sistem itu, menjadi guru pegawai negeri sipil alias PNS hampir mirip dengan menjadi dokter karena sama-sama harus mengabdi di daerah terpencil dahulu. Seperti diketahui, untuk menjadi dokter PNS, calon dokter harus mengikuti program pegawai tidak tetap (PTT) di daerah terpencil.
 
Direktur Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Dirdiktendik) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Supriadi Rustad menjelaskan, pada prinsipnya sarjana guru yang ingin melamar menjadi PNS wajib lulus program pendidikan profesi guru (PPG). ”Nah, mulai 2016 program PPG ini wujudnya adalah praktik mengajar di daerah pedalaman (baca: SM3T) dan pendidikan di asrama,” ujarnya di sela-sela pembukaan pameran foto aktivitas guru SM3T di kantor Kemenristekdikti Jumat malam (26/6).

Program SM3T sebetulnya bukan program baru. Program yang dipelopori Mendikbud Mohammad Nuh itu sudah menerjunkan 2.400 calon guru PNS untuk kali pertama pada November 2011 ke berbagai pelosok negeri. Kini SM3T telah memasuki angkatan kelima. Peserta program SM3T diseleksi dan dibekali di 21 lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK). Mereka diterjunkan dan mengabdi di wilayah terpencil selama setahun. Setelah itu kembali ke LPTK, mengikuti PPG berasrama selama dua semester. Selama mengabdi di daerah 3T dan menjalankan PPG, mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah.
 
Pemerintah menetapkan sembilan provinsi yang menjadi tempat penempatan SM3T, yaitu Aceh, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku. ”Kabupaten-kabupaten di provinsi itu pasti jauh dari kota,” kata Supriadi. Misalnya Kabupaten Jayawijaya dan Lanny Jaya, Papua. Lalu pedalaman Provinsi Aceh seperti Aceh Singkil, Pidie Jaya, dan Gayo Lues. Sementara di NTT, peserta SM3T disebar antara lain di Alor, Lembata, Rote Ndao, dan Flores Timur.
Untuk program pendidikan asrama, ada beberapa perguruan tinggi yang digandeng guna menjalankan LPTK. Antara lain Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Universitas Negeri Semarang (Unnes), dan Universitas Negeri Makassar (UNM). Pada umumnya, setiap LPTK itu mengembangkan kurikulum calon guru secara mandiri.

Dalam kurikulum pembelajaran asrama tersebut, dosen di LPTK wajib menjadi model bagi calon guru. Dengan demikian, dosen-dosen pendidikan asrama peserta PPG itu wajib S-2 atau S-3 bidang pendidikan sesuai dengan bidang keahlian yang diajarkan. Misalnya bidang keahlian pendidikan matematika, fisika, bahasa Indonesia, dan sejenisnya. Kemudian, cara mengajar dosen juga tidak konvensional seperti pada umumnya. Sebaliknya, para dosen pendidikan asrama itu wajib mengajar berbasis active learning in higher education (ALIHE). Pembelajaran model itu memiliki porsi praktik langsung yang lebih banyak. Dengan sistem tersebut, pendidikan asrama mencetak guru yang bisa melaksanakan active learning in school (ALIS).
 
Dengan sistem baru rekrutmen guru itu, pemerintah akan memetakan kebutuhan guru baru secara nasional. Kemudian, Kemenristekdikti melalui kampus LPTK membuka seleksi peserta PPG. ”Jumlah yang diterima PPG ini disesuaikan dengan kebutuhan nasional,” ucap guru besar Unnes tersebut. Menurut Supriadi, sistem baru rekrutmen guru itu mendapat sambutan positif dari kepala daerah. Sejumlah kepala daerah yang ketempatan atau menjadi tuan rumah SM3T membuka formasi PNS guru untuk alumni SM3T. Supriadi mengatakan, meskipun program SM3T dijalankan pemerintah pusat, status guru PNS tetap ada di pemerintah daerah setempat.
 
Menteri Ristekdikti Muhammad Nasir mendukung program baru rekrutmen CPNS guru. Dia menyatakan, program SM3T benar-benar menggembleng calon guru. ”Mereka tidak hanya menunggu siswa datang ke sekolah, tetapi sampai menjemput siswa di rumah-rumah supaya mau ke sekolah,” ungkap mantan rektor Universitas Diponegoro Semarang tersebut.
Mendikbud Anies Baswedan juga mengisyaratkan perlu adanya reformasi rekrutmen guru. Menurut dia, selama ini rekrutmen guru begitu longgar. Siapa saja bisa menjadi guru tanpa ada seleksi kompetensi. Ujungnya, pemerintah kesulitan dalam pembinaan dan pengawasannya. Anies sepakat jika rekrutmen guru diperketat demi mendapatkan guru-guru yang berkualitas.
 
Sumber: